This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 17 Desember 2019

Hobby

Hobi? 

Menurut wikipedia Hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. kata Hobi merupakan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris 'Hobby'

Jadi? Apa yang uppa lakukan pada waktu luang? hahaha ya rebahan lah. Kadang sambil dengar musik, nonton korea atau nonton film kartun sincan dan  spongebob? Atau sekedar cuit di instagram dan facebook wkwkwkkk . Ngemil makanan yang mengandung micin juga salah satu hobi aku. Bukan cuma micin sih. Semua makanan masuk wkw salah satu hal yang akan aku lakukan ketika datang ke tempat baru adalah mencicipi makanannya. Apalagi masakan Indonesia kan ya rasa dan sensasinya beragam. 
Tidak ketinggalan nonton konser salah satu hobi uppa dong tapi tidak semua konser yah konser yang di datangi harus yang berjendre Reggae seperti susana pantai >....



selain sebahan dan makan uppa juga suka trevelling !!





Profil

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.....
Welcome to blogger akyuh yang biasa ini guysss !!!!!
Semoga isi blogger akyuh bermanfaat yah :))


Nama saya nurpaida biasa di panggil uppa, ulpha, uppes dan upil ini nama panggung yah wkwkwkkk lahir di kolaka utara tapi biasa aku sebut dengan korea utara karena saya pecinta film korea tanggal lahir 15 mei 1997 belum termasuk dalam kategorian tua yah!!! Hobby saya rebahan dikasur sambil nonton film korea atau film kartun sincan, spongebob itu aja.

Riwayar pendidian? ehmm saya sekolah sama seperti teman-teman yang lain tapi saya langsung SD sayaa tidak merasakan Taman kanak-kanak singkat cerita pas lulus SD orang tua maunya saya sekolah di MTS nah kebetulan tempat tinggal saya dari sekolah tersebut sangat sangat jauh dari rumah dan musti LDR sama orang tua jadi saya mesti tinggal di rumah om tiap senin-sabtu saya tinggal di rumah om sabtu sore saya pulang kerumah pas naik kelas 2 saya minta pindah karena nga tahan LDR dengan orang tua saya minta pindah k SMP dekat dari rumah nah setelah pindah k SMP HAS katoi, seneng banget karena pada saat itu sudah tidak LDR lagi dngan orang tua, SMP terus SMA yahh? Tapi pada saat itu saya tidak memilih untuk masuk SMA lebih memilih untuk masuk SMK 2013 pas SMK mulai LDR lagi dengan orang tua karena sekolah beda provinsi dengan orang tua kebetulan sekolah saya di bawah naungan TNI AL mau pamer sedikit yah wkwkwkk nama sekolah saya SMK KESEHATAN TNI AL Makassar lulus tahun 2015. setelah lulus dari SMK nah tahap ini yang paling di nantikan pas masih sekolah jenjang tertinggi jadi anak kuliah. 
coba daftar di STIKES AMANAH jurusan keperawatan gigi eh nga d sangka LULUS jenjang pendidikannya D3 2018 luluslah dari kampus tersebut nah sekarang lanjut D4 di POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG masih sama jurusannya pas D3 kemarin jurusan keperawatan gigi tapi nama kelasnya ALIH JENJANG karena kuliahnya 1 tahun saja uhhh, 


sekian dan terima kasih telah menyempatkan waktu buat membaca profil akyuuuu yang biasa ini !!!!













Perbaikan Pelayanan BPJS Untuk Mendukung Program Pelayanan Kesehatan

     Asuransi kesehatan kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat baik pekerja maupun non-pekerja. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan segala aktifitas. Oleh karena itu, penting sekali menjaga kesehatan. Namun, segala resiko yang mengganggu kesehatan juga tidak dapat dihindarkan. Untuk itu perlu adanya jaminan kesehatan berupa asuransi. Pemerintah sendiri sudah sejak dulu memberikan asuransi kesehatan bagi para PNS yang dikelola oleh lembaga Askes yang kini beralih menjadi BPJS Kesehatan. Pemerintah juga mewajibkan pihak swasta untuk mengikuti program BPJS Kesehatan ini. Begitu juga dengan masyarakat non-pekerja yang dapat mengikuti secara mandiri.


Program dan Prestasi BPJS Kesehatan

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah suatu lembaga yang mempunyai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tugas BPJS Kesehatan mencakup lembaga finansial non-Bank dan pelayanan kesehatan. Seluruh masyarakat Indonesia di tahun 2019 nanti diharapkan menjadi peserta JKN-KIS karena merupakan amanat Undang- Undang No.40 tahun 2004.  Tugas BPJS Kesehatan dalam program JKN-KIS  sendiri yaitu merangkul kepesertaan masyarakat, dimana per November 2018 sudah tercatat 205 juta peserta, mengumpulkan iuran dan membelanjakan iuran untuk pelayanan kesehatan. BPJS Kesehatan bertugas memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kepesertaan JKN-KIS dimana menjadi peserta akan terlindungi dari sakit berbiaya mahal, membantu orang lain dan menjadi warga negara yang taat sesuai UU NO.4 tahun 2004. Dasar hukum kewajiban kepesertaan JKN-KIS bagi masyarakat meliputi:
     Saat ini BPJS Kesehatan menyandang predikat terbaik untuk penanganan pengaduan publik kategori kementerian dan lembaga dari peserta kompetisi di seluruh Indonesia. Dr. Dyah Waluyo dari IDI (organisasi profesi yang membawahi dokter) memaparkan bahwa tugas IDI  dalam hal ini untuk menyeimbangkan keprofesionalan dan pelayanan BPJS Kesehatan. Selain memperhatikan pelayanan kepada masyarakat, dokter juga harus memperhatikan kesehatannya sendiri agar dapat memberikan pelayanan bermutu, hal ini dikarenakan tenaga dokter yang terkadang sangat kurang dibandingkan dengan jumlah pasien.
     IDI sendiri telah menyiapkan standar-standar pelayanan dan pedoman internal. Dengan adanya sistem jaminan sosial nasional artinya negara ikut hadir dalam perlindungan pelayanan masyarakat terutama untuk kesehatan dan pendidikan. Sejak tahun 2014 telah berlaku sistem satu paket di pelayanan BPJS Kesehatan, yaitu sistem pelayanan menyeluruh mulai dari pendaftaran hingga pemberian obat.
     Standar pelayanan administrasi yang diterapkan IDI guna meningkatkan pelayanan, meliputi standarisasi fungsi loket, waktu tunggu dan waktu layanan, informasi dan penanganan pengaduan, sikap dan kanal layanan administrasi. Mengenai waktu tunggu, sistem antrian pelayanan sudah menggunakan customer service time index (CSTI) dan sebagai feedback dari customer, ada surat pelanggan (Supel) mengenai saran dan kritik terhadap pelayanan. Sedangkan untuk kanal informasi atau pengaduan dapat melalui care center 1500 400, kantor cabang terdekat atau petugas BPJS Kesehatan di faskes terdekat.

Masalah dan Penanggulangan di BPJS Kesehatan

     Kepesertaan BPJS Kesehatan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan dibantu pembayaran oleh pemerintah, pembayaran yang dikoordinir perusahaan dan peserta mandiri. BPJS Kesehatan memiliki konsep "Dengan Gotong Royong Semua Tertolong". Namun BPJS Kesehatan menghadapi kendala seperti nilai premi yang kecil, sehingga tidak cukup menutupi biaya pengobatan seluruh peserta BPJS Kesehatan. Selain itu, ada pula peserta PBPU (peserta bukan penerima upah) yang menjadi anggota dan membayar secara mandiri hanya beberapa kali, namun saat selesai mendapat pelayanan kesehatan dengan biaya yang besar, peserta ini menghentikan pembayaran iuran. Hal inilah yang membuat terjadinya defisit di tubuh BPJS Kesehatan. 
     Untuk menanggulanginya, pemerintah berencana menaikkan premi iuran, selain itu telah dibentuk kaderisasi untuk memantau kepesertaan agar terus berkelanjutan dan pembatasan beberapa penyakit berat yang tidak bisa ditanggung BPJS Kesehatan seperti HIV dan hepatitis. Masalah defisit yang terjadi di tubuh BPJS Kesehatan salah satunya diharapkan dapat diatasi dengan kehadiran para kader. Kader JKN-KIS adalah individu yang mempunyai hubungan kemitraan untuk membantu fungsi BPJS Kesehatan di suatu wilayah tertentu. 
     Kader JKN-KIS ini lebih diprioritaskan untuk masyarakat peserta mandiri yang fungsinya untuk sosialisasi dan edukasi kepada calon peserta, pendaftaran peserta baru, pemberian informasi, penerimaan pengaduan serta pengingat dan pengumpulan iuran. Dengan adanya kader JKN-KIS ini, peserta akan diingatkan untuk membayar tunggakannya. Seperti yang dikatakan Dr. Dyah Waluyo, program BPJS Kesehatan ini sangat bagus untuk masyarakat dan harus dipertahankan. Untuk itu, segala kendala dan hambatan perlu segera diatasi demi perbaikan pelayanan yang berkesinambungan. Dengan sepenuh hati, BPJS Kesehatan terus berinovasi dalam meningkatkan pelayanan. Program pemerintah dengan konsep "Gotong Royong" ini perlu kesadaran dan dukungan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dan disiplin agar tercipta keadilan yang merata dibidang kesehatan. 

Selasa, 26 November 2019

Agular Chelitis (Luka Di Sudut Bibir)

A. Definisi cheilitis angular
       Cheilitis angular (perleche atau angular stomatitis) adalah luka di bibir yang ditandai dengan pembengkakan dan bercak merah di bagian sudutnya. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk bayi. Cheilitis angular bisa berlangsung selama beberapa hari atau menjadi masalah kronis bila terjadi dalam jangka waktu lama.

B. Gejala
       Lecet bisa terjadi pada satu sudut bibir atau kedua sisinya. Berikut gejala lain yang mungkin muncul dari cheilitis angular:
•Bercak terasa gatal, nyeri, dan/atau panas seperti terbakar
• Kulit yang terluka bersisik atau kering
• Bercak dapat membengkak
• Bila diraba, bercak terasa keras
• Kadang bercak juga bisa berdarah Luka di bibir ini dapat menyulitkan untuk makan berbicara.

 C. Penyebabnya
       Penyebab utama terjadinya cheilitis angular adalah infeksi jamur Candida. Selain itu, luka di bibir juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri tertentu. Produksi air liur berlebih dapat melumasi sudut bibir. Namun, hal ini justru dapat membuat kulit di sekitar sudut bibir mengering. Bila sudut bibir mengering, kulit akan mudah retak dan terluka. Kebiasaan menjilat bibir juga dapat membuat kulit di sudut bibir cepat mengering dan retak. Akibatnya, jamur dan bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak di sana untuk kemudian menyebabkan infeksi. Pada beberapa kasus, cheilitis angular tidak dapat ditemukan penyebab pastinya.

D. Faktor resiko
       Lebih cenderung mengalami cheilitis angular jika sudut mulut sering lembap. Hal ini mungkin terjadi karena berbagai alasan, seperti:
• Pakai kawat gigi
• Memakai gigi palsu yang tidak pas
• Kebiasaan sering menjilat bibir
• Gigi berantakan
• Kulit kendur di sekitar mulut, bisa jadi akibat penuaan atau fluktuasi berat badan
• Sering menghisap jempol, terutama anak-anak
• Merokok
• Kekurangan vitamin B atau zat besi
       Beberapa kondisi medis tertentu juga dapat membuat Anda berisiko tinggi terhadap penyakit ini, seperti:
 • Anemia
• Kanker darah
• Diabetes
• Down syndrome
• Gangguan kekebalan tubuh, seperti HIV
• Penyakit ginjal, hati, paru-paru, atau kanker pankreas

E. Pengobatan dan tindakan pencegahan
       yang dilakukan Pengobatan luka di bibir akan tergantung dari penyebabnya. Jika disebabkan oleh infeksi jamur, dokter dapat meresepkan krim atau salep antijamur seperti:
a. Nystatin (mycostatin)
b. Ketoconazole (extina)
c. Clotrimazole (lotrimin)
d. Miconazole (Lotrimin AF, Micatin, Monistat Derm)
       Jika disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan meresepkan obat antibakteri, seperti:
a. Mupirocin (bactroban)
b. Asam fusidat (fucidin, fucithalmic)
       Bila kondisi ini tidak parah, Anda bisa melakukan perawatan di rumah, seperti:

  •  Menggunakan lip balm secara teratur untuk mencegah bibir pecah-pecah. 
  • Menjaga agar area bibir yang luka tetap bersih dan kering untuk mencegah infeksi makin parah. 

       Untuk pencegahan harus menjauhkan dari kebiasaan yang bisa menyebabkan cheilitis angular, seperti:
a. Hindari kebiasaan menjilati bibir
b. Makan yang cukup gizi dan nutrisi
c. Tidak merokok
d. Menjaga kadar glukosa dalam darah dan konsumsi insulin dengan benar

Polip Pulpa

A. Definisi
      Pulp polyp atau polip pulpa adalah pembengkakan pada pulpa, yaitu bagian tengah gigi yang berisi jaringan dan sel pembentuk gigi. Polip pulpa kerap muncul di gigi geraham, tepatnya menutupi gigi berlubang, sehingga terlihat seperti daging lebih. Polip pulpa terjadi ketika pulpa pada gigi yang berlubang mengalami iritasi atau infeksi bakteri. Polip pulpa umumnya hanya menyerang satu gigi, tapi kadang bisa juga muncul pada beberapa gigi. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak atau remaja, dan sangat jarang dialami oleh orang dewasa.

B. Gejala Polip Pulpa
     Tanda dan gejala yang dapat muncul akibat polip pulpa antara lain:
  a. Munculnya benjolan lunak berwarna merah muda, merah, atau putih dari gigi yang berlubang.
  b. Perdarahan dan luka terbuka dari benjolan lunak tersebut.
  c. Polip cenderung membesar sampai memenuhi lubang di gigi.
  d. Rasa tidak nyaman saat mengunyah makanan. Pada beberapa kasus, penderita juga bisa tidak merasakan gejala apa pun.

C. Penyebab Polip Pulpa
     Penyebab munculnya polip pulpa bermacam-macam, antara lain:
  a. Gigi berlubang hingga menyebabkan banyaknya struktur gigi yang hilang, terutama bagian email atau enamel
  b. Gigi berlubang yang tidak diperbaiki, sehingga pulpa gigi terpapar oleh bakteri.
  c. Gigi patah akibat cedera sehingga membuat pulpa gigi terbuka. Selain perubahan pada struktur gigi, perubahan hormon estrogen dan progesteron serta reaksi alergi pada gigi juga diduga dapat memicu terbentuknya polip pulpa pada gigi.

D. Diagnosis Polip Pulpa
     Untuk menentukan polip pulpa, dokter gigi akan menanyakan gejala yang dialami pasien terlebih dahulu dan melihat keberadaan polip pada gigi yang berlubang. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan sebagai berikut:
  a. Pemindaian rongga mulut dan gigi melalui foto Rontgen, untuk melihat tingkat kerusakan gigi serta mendeteksi kelainan di sekitar tulang rahang.
  b. Pengambilan sampel jaringan polip untuk diperiksa melalui mikroskop, guna melihat kemungkinan infeksi bakteri pada pulpa.

 E. Pengobatan Polip Pulpa
     Metode pengobatan polip pulpa tergantung pada tingkat keparahannya.
   Beberapa metode pengobatan tersebut adalah :
  • Pulpotomi, yaitu pengangkatan pulpa tanpa mengangkat bagian akar. Prosedur ini dilakukan bila polip tidak memengaruhi pulpa di dekat akar gigi.
  • Perawatan saluran akar gigi bila pertumbuhan akar gigi tidak matang.
  • Operasi cabut gigi dan akar gigi. Prosedur cabut gigi ini bisa diikuti dengan pemasangan gigi palsu.

 F. Komplikasi Polip Pulpa
     Bila tidak ditangani, polip pulpa dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
  • Formasi gigi yang berantakan (maloklusi gigi).
  • Pertumbuhan gigi yang saling berbenturan (impaksi gigi).
  • Peradangan pada ujung akar gigi.
  • Infeksi pada tulang rahang (osteomielitis).

 G. Pencegahan Polip Pulpa
     Cara mencegah polip pulpa adalah dengan menjaga kesehatan mulut dan gigi. Caranya antara lain adalah dengan:
  • Menyikat gigi dua kali sehari.
  • Membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi menggunakan benang gigi.
  • Berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk mencegah timbulnya plak.
  • Memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali secara rutin ke dokter gigi.

Abses Periodontal

          Abses periodontal merupakan salah satu kondisi klinik dalam periodontik dimana pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Hal ini penting dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang dipengaruhi, tetapi juga kemungkinan adanya penyebaran infeksi. 

A. Defenisi 
           Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku periodontal 
B. Klasifikasi 
 Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu : 
 1. Berdasarkan lokasi abses 
   a. Abses gingiva
           Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi 16 benda asing.
   b. Abses periodontal 
           Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar. Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva. pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi. 
          Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan impaksi benda asing. Kurangnya kontrol terhadap diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal. Pembentukan abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.
  c. Abses perikoronal 
           Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah. Sama halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma. Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise. 

2. Berdasarkan jalannya lesi 
 a. Abses periodontal akut 
           Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit, edematous, lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di jumpai adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas terhadap palpasi dan kadang disertai demam dan limfadenopati. 
 b. Abses periodontal kronis 
           Abses periodontal kronis biasanya berhubungan dengan saluran sinus dan asimtomatik, walaupun pada pasien didapatkan gejala-gejala ringan. Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh drainase spontan, respon host atau terapi. Setelah hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri yang tumpul akan timbul dengan adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula.

 3. Berdasarkan jumlah abses 
   a. Abses periodontal tunggal 
           Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada. 
   b. Abses periodontal multipel 
           Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi. 

 C. Prevalensi
           Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga yang paling sering terjadi mencapai 7-14 % setelah abses dentoalveolar akut (14-25%), perikoronitis ( 10-11 %) dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-pasien di klinik gigi. Sebagai konsekuensi kasus abses periodontal penting, selain prevalensinya yang relatif tinggi, abses ini juga mempengaruhi prognosis dari gigi terutama pada pasien periodontitis. Pada pasien ini abses periodontal lebih mungkin terjadi dalam saku periodontal yang sudah ada sebelumnya. Dahulu, gigi dengan abses tidak berhubungan karena terjadinya abses dapat menjadi salah satu alasan utama ekstraksi gigi selama perawatan periodontal. 

 D. Etiologi 
           Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu : 
 1. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis 
 Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan periodontitis adalah :
  a. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku. 
  b. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan infeksi ke jaringan             periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku tertutup. 
  c. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host bisa juga           membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran suppurasi. 
 d. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan abses. 
2. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis 
 Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan dengan periodontitis adalah :   a. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn, potongan tusuk gigi, tulang          ikan, atau objek yang tidak diketahui. 
 b. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik. 
 c. Infeksi lateral kista. 
 d. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi predisposisi pembentukan         abses periodontal. Adanya cervical cemental tears dapat memicu pekembangan yang cepat dari           periodontitis dan perkembangan abses. 

 E. Patogenesis dan Histopatologi 
           Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan memproduksi pus. Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi leukosit. Pada tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari makrofag dan neutrofil telah terbentuk. Laju destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri di dalamnya, virulensinya dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi keuntungan terhadap enzim lisosom.

 F. Mikrobiologi 
           Banyak artikel menuliskan bahwa infeksi purulen oral adalah polimikroba, dan disebabkan oleh bakteri endogen. Topoll dkk, Newman dan sims melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai bakteri anaerob. Bakteri ini tidak terlihat spesifik, tetapi diketahui patogen terhadap periodontal seperti Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum merupakan spesis bakteri paling banyak. Pada penelitian David Herrera dkk juga melaporkan, selain ketiga bakteri diatas dijumpai juga Porphyromonas melaninogenica, Bacteriodes forsythus, Peptostreptococus micros dan Campylobacter rectus. 
           Menurut hasil penelitian Jaramillo A dkk terhadap sejumlah subjek dilaporkan bahwa pada subingival abses periodontal dijumpai Fusobacterium spp. (75%), P. intermedia/nigrescens (60%), P. gingivalis (51%) dan A. actinomycetemcomitans (30%). Pada umunya, mikrobiota pada subgingiva abses periodontal ini terutama terdiri dari mikroorganisme yang berkaiatan dengan penyakit periodontal. Bakteri penginfeksi batang gram negatif adalah keenam kelompok organisme paling banyak (13 kasus, 21.7%) yaitu Enterobacter aerogenes (3,3%), Pseudomonas spp. (3,3%), Klebsiella pneumoniae (1,7%), Acinetobacter lwofii (1,7%), A. baumanii (1,7%), E.agglomerans (1,7%), dan dikenal non fermenter batang gram negatif (8,3%). 

 G. Komplikasi Abses Periodontal 
           Komplikasi yang dapat timbul karena abses periodontal meliputi kehilangan gigi dan penyebaran infeksi, dibawah ini akan dijelaskan secara rinci. 
a. Kehilangan Gigi 
           Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah dan selama fase pemeliharaan. Abses periodontal merupakan penyebab utama dilakukan ekstraksi gigi pada fase pemeliharaan dimana terjadi pembentukan abses yang berulang dan gigi mempunyai prognosis buruk. 
 b. Penyebaran Infeksi
           Sejumlah tulisan menyatakan bahwa diduga infeksi sistemik dapat berasal dari abses periodontal. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penyebaran bakteri dalam jaringan selama perawatan atau penyebaran bakteri melalui aliran darah karena bakteremia dari abses yang tidak dirawat. 
           Pada abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses periodontal. Cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan mediastinitis dapat berasal dari infeksi odontogenik tetapi jarang berasal dari abses periodontal. Namun, abses periodontal dapat berperan sebagai pusat infeksi non oral. Abses periodontal bisa menjadi pusat dari penyebaran bakteri dan produk bakteri dari rongga mulut ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan keadaan infeksi yang berbeda. Pada perawatan mekanikal abses periodontal bisa menyebabkan bakteremia seperti pasien dengan endoprotesa atau imunokompromise dapat menyebabkan infeksi non oral. 
           Paru-paru bisa bertindak sebagai barier makanikal dimana bakteri periodontal dapat terjebak dan dapat menyebabkan penyakit. Adakalanya penyebaran bakteri periodontal dapat berakibat menjadi abses otak. Sejumlah laporan kasus dari periodontal patogen bahwa pada abses otak tersebut didapatkan adanya bakteri P.micros, F. nucleatum, pigmen hitam pada bakteri batang anaerob dan Actinomyces spp, diantaranya merupakan spesis bakteri periodontal anaerob yang diisolasi dari abses intra cranial. Infeksi lain yang berhubungan dengan abses periodontal adalah cervical nekrotizing fascitis dan cellulites pada pasien kanker payudara.

Selasa, 12 November 2019

Kebersihan Gigi Dan Mulut

 DEFINISI
Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui 13 sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang dapat menjaga pertahan gigi dan kesehatan mulut (Dorland, 2002) kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada tiap individu. 
       Pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan berbagai macam indeks, baik untuk mengukur debris, kalkulus, maupun plak.Plak dapat dijumpai paling tidak ada 6 indeks untuk mengukur ada tau tidak adanya plak (Sriyono dan Sudibyo, 2011).
 a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. 
       Factor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu adanya penumpukan sisa-sia makan, plak, kalkulus, material alba dan stain pada permukaan gigi geligi (Carranza 2002). 
  1. Sisa-sisa makanan (food debris) 
      Sisa-sisa makan akan segera dilarutkan oleh enzim-enzim bacterial dan dibersihkan dari rongga mulut, namun masih terdapat sisa-sisa makanan yang tertinngal pada gigi dan mukosa. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan pembersihan makanan dalam mulut ialah aliran saliva, lidah, pipi serta susunan gigi geligi dalam lengkung rahang (houwink,dkk,1993) 
  2. Plak gigi Plak merupakan akumulasi dari bakteri dan debris yang terdapat pada permukaan gigi.          Plak biasa ditemukan pada bagian occlusal pits, fissures, margin cervical gigi dan di periodontal pocket (Felton dan Alison, 2009) Plak adalah akumulasi mikrobilogi yang tidak termineralisasi yang menempel pada permukaan gigi, restorasi gigi dan alat-alat prostetik yang menunjukkan organisasi struktural dengan predominance dari bentuk filamentous yang terbentuk oleh matrik organiks yang diperoleh 14 glikoprotein,saliva dan produk-produk mikrobra ekstra seluler dan tidak bisa di hilangkan dengan berkumur air (Axelsson, 2002).
b. Indikator Kebersihan Gigi dan Mulut
    Indikator yang biasayna digunakan untuk mengukur tinkat kebersihan gig dan mulut seseorang atau masyarakat adalah menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Grenee and Vermillion (Manson dan Elley,1993). 
    Pemeriksaan OHI yang diperiksa semua perukaan gigi, sedangkan pada OHI-S hanya enam gigi yang diperiksa yang telah diseleksi dan dianggap telah mewakili baik segmen anterior maupun segmen posterior dari seluruh gigi di dalam rongga mulut (Moeslehzadeh, 2006). 
    OHI-S sama dengan OHI yang terdiri dai dua komponen yaitu Debris Index Simplified (DI-S) dan Calculus Index Simplified (CI-S). Masing-masing komponen mempunyai skala 0-3.Gigi yang diperiksa ada enam buah dengan perincian yang telah ditentukan sebelumnya, empat gigi deperiksa permukaan bukal atau fesialnya (molar satu kanan atas, insisivus satu atas kanan, molar satu atas kiri insisivus satu bawah kiri) dan dua gigi diperiksa pada permukaan lingualnya (Molar satu bawah kanan dan kiri) (Moeslehzadeh, 2006). 
 1. Penilaian DI-S 
     Penilaian dilakukan dengan meletakan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal dan digerakan menuju daerah 1/3 gingival atau servikal. Skorsing untuk DI-S sesuai dengan criteria berikut :

 Skors dan criteria debris index simplified 

0 : Tidak terdapat debris atau stain 
1 : Terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi ataupun terdapat        stain tanpa debris yang menutupi permukaan gigi. 
2 : Terdapat debrislunak yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi tetapi tidak boleh lebih        dari 2/3 bagian permukaan gigi. 
: Terdapat debris lnak menutupi lbih dari 2/3 bagian permukaan gigi. 

 Skor DI-S per individu didapat dengan menunjukan skor permukaan gigi dan membaginya dengan jumlah gigi yang diperiksa (Moeslehzadeh,2006).

2. Penilaian CI-S 
  Pemeriksaan dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu apakah kalkulus termasuk supra gingival atau sub gingival.Periksaan dilakukan dengengan menggerakan sonde yang meliputi daerah separuh keliling gigi. 

 Skor dan criteria calculus index simplified 

0 : Tidak terdapat kalkulus 
1 : Terdapat kalkulus supra gingival yang yang menutupi tidak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi. 
2 : Terdapat kalkulus supra gingival yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi namun tidk      lebih dari2/3 bagian permukaan gigi ataupun terdapat bercak kalkulus individual yang terletak sub      gingival disekitar bagian leher gigi atau keduanya. 
:Terdapat kalkulus supra gingival yang menutupi lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi atau adanya      kalkulus sub gingival yang tebal dan melingkar dibagian servikal gigi atau keduanya. 

   Skor CI-S per individu didapatkan dengan menjumlahkan skor di dapat dan kemudian membaginya dengan jumlah gigi yang diperiksa (Moeslehzadeh, 2006). 

3. Penentuan OHI-S 
   Skor OHI-S per individu merupakan jumlah dari skor DI-S dan CI-S.kisaran nilai untuk DI-S dan CI-S yaitu antara 0-3, sehingga nilai OHI-S berkisar antara 0-6 (Moeslehzadeh, 2006).

Rumus skor OHI-S 
secara umum adalah : 
 OHI-S = DI-S + CI-S 
Tingkat kebersihan gigi dan mulut secara klinis dalam kaitannya dengan OHI-S Nilai Kriteria Klinis 
  • 0,0-1,2 BAIK 
  • 1,3-3,0 SEDANG 
  • 3,1-6,0 BURUK 

 (sumber : moeslehzadeh dalam WHO Oral Health Country, 2006).

Kamis, 07 November 2019

Epidemiologi dental (Penambalan ART)


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi menjadi masalah nasional. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Kebersihan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang.
Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh kelompok anak usia Sekolah Dasar (SD). Struktur gigi pada masa anak-anak terutama usia SD, termasuk dalam jenis gigi bercampur yaitu gigi susu dan gigi permanen yang rentan mengalami karies gigi (Rahmawati, 2011). Karies merupakan kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin atau tulang gigi (Kusumawardani, 2011).
Pendekatan baru untuk pengendalian karies disebut Atraumatic Restorative Treatment (ART). ART merupakan salah satu metode konservasi gigi menggunakan alat yang sederhana yaitu hanya menggunakan instrumen tangan/instrumen genggam, yang mudah dibawa-bawa, tanpa menggunakan bor, tidak memerlukan unit gigi (dental unit dan dental chair), dan tidak memerlukan jaringan pipa air maupun jaringan listrik khusus. Metode yang tidak menyakitkan ini memudahkan pelaksanaan deteksi dini dan perawatan dini karies. Sesuai pedoman World Health Organization (WHO) pelaksanaan tumpatan atau restorasi menggunakan adhesive dental materials yaitu Glass lonomer Cement (GIC).
Glass lonomer Cement merupakan bahan tumpat yang mengandung fluor, dapat melepaskan ion fluor dalam jangka panjang sehingga berfungsi sebagai reservoir fluor, bersifat rechargeable, biocompatible dengan jaringan gigi, berikatan dengan dentin dan email secara kimiawi melalui mekanisme pertukaran ion.
Perkembangan metode ART sangat menunjang konsep pengendalian karies melalui early detection, maximal prevention, minimal invasive and minimal cavity preparation. Konsep dasar ART adalah preventif sekaligus sebagai kuratif, sehingga kasus lanjut, maupun kehilangan gigi prematur dapat dicegah.
Berbagai studi melaporkan bahwa penggunaan QIC-ART menunjukkan efektifitas dan efisiensi yang bermakna dalam upaya pengendalian karies pada masyarakat. Di Indonesia telah dilakukan upaya pengendalian karies yang terintegrasi dengan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada anak usia sekolah dasar (SD). Selain itu juga Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) dan integrasi dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Namun ternyata rerata DMFT cenderung meningkat, tahun 1970 DMF-T = 0,70, tahun 1980 DMFT=2,30, tahun 1990 DMF-T = 2,70, dan tahun 2007 DMFT = 4,8. Demikian pula prevalensi penyakit karies belum terlihat menuju perbaikan, masih berkisar 70%.4.
Artikel ini merupakan kajian altematif upaya pengendalian karies yang efektif dan efisien dengan ART-GIG, yang pernah dilakukan di berbagai Negara, sebagai masukan dalam perencanaan dan pengembangan program pengendalian karies dan peningkatan status kesehatan gigi..
Kurangnya pemahaman masyarakat bahwa pencegahan karies dapat dilakukan sejak dini mempengaruhi tingginya insidensi karies pada gigi anak. Dengan melakukan diet makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi dan melakukan pembersihan plak gigi dengan teratur dapat menekan angka resiko karies pada anak, sehingga kualitas hidup anak menjadi lebih tinggi (Rantelino, 2014).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013), sebanyak 25,9% masyarakat Indonesia mengalami masalah gigi diantaranya adalah anak usia ≤ 12 tahun yang proporsi bermasalah terhadap kesehatan gigi dan mulut sebesar 24,8%. Data menunjukkan indeks DMF-T mencapai 4,6 mengindikasikan 460 kerusakan gigi pada 100 orang. Sedangkan Jawa Barat memiliki angka DMF-T 4,1 artinya rata-rata pada setiap orang terdapat 4 atau 5 gigi yang mengalami kelainan berupa gigi berlubang, gigi sudah ditambal, dan gigi dicabut akibat karies.
Berdasarkan Provinsi pada tahun 2013 yang mempunyai masalah gigi dan mulut cukup tinggi (>35%) adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah dengan masing-masing EDM 10,3%, 8% dan 8% dan 6,4%. Bila dibandingkan tahun 2007 dan 2013 peningkatan masalah gigi dan mulut tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Selatan (10,9%), Di Yogyakarta (8,5%) dan jawa Timur (8,3%). Sedangkan Provinsi Jambi, Riau, Bengkulu mengalami penurunan masalah gigi dan mulut masing-masing 8,3%, 6,6% dan 6,3%.
Pemeriksaan ulang yang dilakukan pada tanggal 25 November 2015 di UKGS SDN 1 Tobaku , ditemukan 14 siswa kelas 6 yang mengalami penambahan karies. Penambalan karies pada 2 gigi tetap yang sebelumnya bebas dari karies (free karies). Data dari buku perawatan anak tersebut yang terdapat di UKGS, selama kelas 1 sampai kelas 5 tidak ditemukan karies pada gigi molar tetapnya, seharusnya pelayanan asuhan yang diberikan secara berkesinambungan dapat mempertahankan bahkan mencegah terjadinya karies baru, mengingat anak tersebut akan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya yang diharapkan dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari factor penyebab terjadinya karies pada anak dan membuat suatu laporan kasus mengenai “Asuhan keperawatan gigi dan mulut  usia 6 dengan kasus gigi 36 KME di wilayah kerja puskemas Katoi”.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pengetahuan tentang penambalan Atraumatic Restorative Treatment ART gigi dengan kasus karies mencapai email (KME)  pada anak usia 6  tahun di wilayah kerja Puskemas Katoi?
C.     Tujuan
Untuk melihat pengetahuan tentang penambalan Atraumatic Restorative Treatment ART gigi dengan kasus karies mencapai email (KME)  pada anak usia 6  tahun di wilayah kerja Puskemas Katoi













BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

A.    GAMBARAN UMUM
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan satu atau sebagian wilayah kecamatan. Dan Puskemas sebagai unit organisasi fungsional dibidang kesehatan atau lembaga milik negara berperan aktif sebagai ujung tombak terdepan dalam melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan, juga membina peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar secara menyeluruh dan terpadu. Dalam proses pencapaian tujuan yang diinginkan puskesmas harus melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kontrol dan penilaian (evaluasi) dengan sebaik-baiknya, dalam menjalankan fungsinya puskesmas telah dilengkapi dengan sistem menejemen seperti, lokakarya mini, SP2TP, monitoring bulanan, laporan bulanan, laporan triwulan, laporan tahunan dan hal-hal lain yang menunjang pelaksanaannya.
B.     LETAK GEOGRAFIS PUSKESMAS
Terletak di kabupaten kolaka utara desa katoi







BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.    ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT
Atraumatic Restirative Treatment (ART) adalah suatu metode atau prosedur penumpatan di bidang konservasi gigi dengan cara membuang jaringan karies gigi hanya dengan instrument genggam, selanjutnya membersihkan dan metumpat dengan bahan tumpat yang bersifat adhesive. Saat ini bahan yang diguna-kan untuk restorasi adalah GIG. Peralatan untuk ART sangat sederhana, tidak memerlukan instalasi air dan instalasi listrik khusus, baik dental chair, dan dental unit. Juga tidak memerlukan bor. Konsep ART adalah meminimalkan invasi dan mengurangi trauma pada gigi. Dapat dikatakan tidak menimbulkan trauma, baik secara fisik yang biasanya oleh getaran bor, maupun trauma secara psikis yang biasanya oleh rasa takut melihat peralatan yang tersedia dan bunyi bor. Cara ini dengan demikian dapat mengurangi rasa takut pada anak-anak. Peralatan yang digunakan dapat dijinjing dan dibawa-bawa, sehingga dapat digunakan untuk mengunjungi penderita dengan disabilitas mobilitas.
Instrumen ART ini terdiri dari pinset, sonde, hatchet, spoon excavator (small, medium atau large), applier/carver, glass slab atau paper mixing pad, dan spatula. Untuk penerangan wilayah kerja dapat menggunakan cahaya alami atau lampu biasa saja. Peralatan yang sederhana ini, dapat dimodifikasi sesuai keadaan setempat. Pelaksanaan tumpatan dilaksanakan sesuai pedoman WHO yaitu hanya menggunakan "hand instruments", posisi pasien berbaring pada "bed chair knock down and removable " dengan metode ART memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat menjangkau daerah perifer atau daerah dengan sarana listrik maupun sarana air terbatas, biaya instrumen yang diperlukan relatif murah dibanding dengan cara konvensional, instrumen dapat dijinjing dan mudah dibawa kemana-mana. Pada hari kesehatan sedunia tanggal 4 April 1994, oleh WHO telah dicanangkan penggunaan metode ART dan bahan tumpat GIC sebagai salah satu alternatif dalam upaya pengendalian masalah karies pada masyarakat.

B.     GLASS LONOMER CEMENT (GIC)
GIC merupakan salah satu jenis bahan tumpat yang dianjurkan oleh WHO untuk penumpatan dengan metode ART. Bahan tumpat GIC tersedia dalam bentuk powder dan liquid di dalam botol atau di dalam kapsul. Powder terdiri dari bahan gelas dan berbagai macam mineral. Mineral yang sangat penting adalah silicon oxide, aluminium oxide dan fluoride oxide. Liquid terdiri dari polyacrylic acid. GIC melekat pada jaringan gigi secara kimia melalui pertukaran ion karboksilat yang berasal dari bahan tumpat dengan ion phosphat jaringan gigi. Adhesi antara GIC dan jaringan gigi pada email gigi lebih kuat dari pada adhesi GIC dengan dentin. Hal ini disebabkan karena email lebih banyak mengandung phosphat dibanding dentin Bahan tumpat GIC memiliki beberapa keuntungan yaitu melekat secara fisika kimia dengan jaringan gigi, mengandung fluor, melepaskan fluor, tidak mengiritasi jaringan mulut dan gingival, bersifat bakteriostatik, dan dapat berfungsi sebagai reservoir fluor selama tumpatan berada di mulut dan dalam keadaan baik. Adanya fluor yang larut dalam saliva dan adanya proses sirkulasi saliva, fluor akan terdapat kontinu di dalam mulut. Semua produk GIC melepaskan fluor, namun jumlahnya berbeda-beda bergantung pada produsen yang memproduksi bahan GIC tersebut.


Pelaksanaan tumpatan tidak memerlukan dental chair, dental unit, tidak memerlukan bor, dan tidak memerlukan instalasi listrik maupun instalasi air khusus, yang biasanya memerlukan biaya mahal. Adanya daerah dengan keterbatasan sarana listrik dan air yang bervariasi, dengan demikian metode ini disarankan untuk dilakukan di wilayah dengan sarana dan prasarana terbatas, daerah terpencil dan daerah sulit dijangkau. Juga pada anak-anak yang biasanya takut melihat peralatan kedokteran gigi. Peralatan yang digunakan dapat dijinjing dan dibawa-bawa, sehingga dapat digunakan untuk mengunjungi penderita dengan disabilitas mobilitas antara lain kelompok usia lanjut (Panti Wreda).
Bahan tumpat GIC berfungsi sebagai preventif sekaligus kuratif melalui pelepasan Fluor yang memperkuat email. Selain itu juga bersifat rechargeable terhadap adanya Fluor di dalam saliva yang berasal dari pasta gigi, makanan, minuman maupun sumber lainnya. Untuk itu perlu dibuat model penyuluhan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tepat guna, yang dilaksanakan secara terus menerus, dan berkesinambungan.
Tidak ada perbedaan yang bermakna Success rate tumpatan setelah tiga tahun antara dokter gigi dan perawat gigi. Sebagai alternatif peningkatan upaya preventif dapat melalui peningkatan pemberdayaan perawat gigi. Dalam hal ini, pelaksanaan tumpatan dengan metode ART-GIC meskipun sederhana, namun tetap memerlukan kehati-hatian untuk mencapai hasil yang berkualitas. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan atau pelatihan tambahan yang berkesinambungan bagi tenaga pelaksana. Tumpatan ART-GIC cost efektif, dengan demikian upaya preventif dan kuratif tetap dapat dilaksanakan untuk daerah dengan alokasi pendanaan terbatas dan prevalensi karies tinggi.
Indikasi dan penilaian/skor tumpatan ART-GIC
Penentuan indikasi dan evaluasi ART menggunakan pedoman WHO yaitu Guidelines for protocols for Clinical Studies of the Atraumatic Restorative Treatment tehnique and materials adalah sbb:
Kriteria inklusi adalah :
1.      Karies pada satu permukaan
2.      Karies email  
3.      Karies telah rnengenai dentin namun belum pernah sakit dan kavitas dapat dijangkau dengan instrumen genggam.
Kriteria eksklusi adalah:
1. Karies lanjut dan gigi telah mengalami abses atau fistula
2. Karies telah mengenai pulpa
 3. Pulpitis khronis
 4. Gigi pernah sakit dalam periode waktu yang lama
5. Kavitas tidak dapat dijangkau dengan instrumen tangan
Skor penilaian keberhasilan Tumpatan ART
0 = Tumpatan ada dan utuh/baik (present, good).
1 = Tumpatan ada dan sedikit cacat pada perbatasan dan atau permukaan aus dalamnya kurang dari 0,5 mm diukur dengan bola diujung WHO probe, tidak perlu perbaikan
2 = Tumpatan ada dan cacat pada perbatasan dan atau permukaan dalamnya antara 0,5 - 1,0 mm, perlu perbaikanj.
3 = Tumpatan ada dan cacat pada perbatasan dan atau permukaan aus, dalamnya lebih dari 1,0 mm, perlu perbaikan
4 = Tumpatan tidak ada / tumpatan (hampir) sama sekali hilang perlu tumpatan baru.
5 = Tumpatan tidak ada, karena alasan lain, karena pada gigi telah diadakan perawatan lain.
6 = Gigi tidak dijumpai lagi karena alasan apapun. (tooth not present whatever reason).
9        = Tak dapat didiagnosis
Prinsip Umum Preparasi kavitas
1.      Pengambilan jaringan terinfeksi saja
2.      Perluasan kavitas disesuaikan dng perkembangan lesi dr DEJ
3.      Extention for prevention tdk perlu 
4.      Karies kronis jaringan terinfeksi tdk ada
5.      Dentin sklerotik selama tdk mengganggu estetika ditinggalkan
6.      Pengambilan jaringan karies dengan instrumen genggam (ART)
Keuntungan preparasi minimal
1.      Sisa jaringan yg ditinggalkan lebih kuat
2.      Cedera thd jar pulpa minimal 
3.      Pengembalian bentuk anatomi gigi lebih mudah
4.       Pekerjaan lbh cepat, mudah dan murah

Prinsip dasar Saat ini, bahan ART
1.      menggunakan glassionomer sebagai restorative material.
2.      Melakukan tambalan menggunakan bahan yang melekat dengan gigi
3.      Menghilangkan jaringan karies hanya menggunakan hand instruments
Indikasi ART
Pada dasarnya ART dapat diaplikasikan pada :
·         Kavitas yang melibatkan dentin
·         Kavitas yang bisa dibersihkan dengan hand instruments
Kontraindikasi ART
1.      Karies sulit dijangkau hand instruments misal di proximal
2.      Kavitas karies sulit dibersihkan dengan hand instruments
3.      Gigi sakit dalam jangka waktu lama dan ada kemungkinan inflamasi pulpa kronis
4.      Karies yang melibatkan pulpa
5.      Adanya pembengkakan (abses) atau fistula yang dekat dengan gigi yang karies
C.     PENGERTIAN KARIES
Menurut Kusumawardani (2011), karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies. Permukaan email luar lebih tahan terhadap karies dibanding lapisan bawahnya, karena lebih padat dan lebih keras.
Sedangkan menurut Kidd dan Bechal (2012), karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
1.      Etiologi karies
Menurut Kidd dan Bechal (2012), faktor penyebab terjadinya karies antara lain:
a.       Faktor Host (Gigi)
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang karies. Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak tergantung terhadap lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali.
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali.
b.      Faktor Agent (Plak)
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.
Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.
Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.
c.       Faktor Substrat Atau Diet
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakharida ekstra sel.
Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat sama derajat organiknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri.
Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.
d.      Faktor Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
2.      Penggolongan Karies
Menurut Kidd dan Bechal (2012), jenis-jenis karies dilihat dari kedalamannya:
a.       Karies Superfisialis (karies mencapai email)
Karies yang baru mengenai email gigi saja, sedangkan bagian dentin belum terkena. Pada karies ini seringkali belum terasa sakit karena di dalam email tidak ada serabut-serabut syaraf sehingga seringkali orang tidak sadar bahwa giginya sudah berlubang.
b.      Karies Media (karies mencapai dentin)
Karies yang sudah mencapai dentin atau bagian pertengahan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit atau ngilu apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam atau manis.


c.       Karies Profunda (karies mencapai pulpa)
Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit saat makan dan sakit tiba-tiba tidak ada rangsangan. Pada tahap ini apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih kompleks.
3.      Pencegahan karies
Menurut Martariwansyah (2009), mengingat karies memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk dapat menghancurkan gigi, secara teoritis ada tiga cara untuk mencegah karies, yaitu:
a.       Mengurangi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
Yaitu dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada makanan. Menurut beberapa penelitian, cara ini dianggap sebagai teknik pencegahan yang paling efektif.
b.      Meningkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih tahan terhadap karies dengan pengaplikasian fluor secara tepat. Cekungan dan parit-parit kecil yang terdapat pada permukaan gigi-gigi geraham adalah daerah rawan karies, sehingga secara mudah untuk melindunginya dengan cara melakukan penambalan (pada parit daratan tinggi gigi belakang).
c.       Menghilangkan plak bakteri
Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak akan menjadi karies. Namun, penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan yang mudah. Perlu teknik penyikatan yang benar dan rutin.
           

BAB IV
PENATALAKSANAAN
A.    Alat dan bahan untuk ART
1.      Excavator
2.      Mirror/ kaca mulut
3.      Pinset
4.      Dental hatchet
B.     Cara kerja dari ART
1.      Menghilangkan jaringan infeksius
Membersihkan karies dengan menggunakan ekskavasi dapat dengan mudah dilakukan apabila gigi dalam keadaan kering Menghilangkan karies lunak dari enamel dentine junction dapat menyebabkan email tidak tersokong dentin Email yang overhanging harus dihilangkan dan dapat dipatahkan dengan mudah menggunakan blade dental hatchet. Letakkan pada ujung email dan patahkan menjadi bagian-bagian kecil.
2.      Setelah membersihkan Kavita blok saliva menggunakan catton roll
3.      Pembersihan dilakukan untuk meningkatkan perlekatan kimia antara Glass-ionomer (GI) dengan struktur gigi dengan dua kemungkinan cara berikut menggunakan dentine conditioner atau tooth cleaner khusus atau cairan glass-ionomer Apabila ada oleskan cavity cleanser (misal: dentin conditioner) sebelum menambal kavitas
4.      Biasanya adalah 10% polyacrylic acid. Letakkan satu tetes di kertas GI atau slab. Celupkan kapas kecil kemudian bersihkan seluruh kavitas dan fisur di sebelahnya selama 10-15 detik. Cairan glass-ionomer dapat digunakan jika kandungan asamnya sama dengan condisioner Kemudian bersihkan segera kavitas dan fisure paling tidak dua kali menggunakan cotton pellets yang sudah dicelupkan dalam air bersih.
5.      Jika gigi sudah terkontaminasi darah atau saliva ulangi prosedur pencucian, pembersihan dan rekondisi kavitas.
6.      Ketika Kavita sudah kering kemudian mengaduk bahan tambalan GI dengan mengguankan agata spatle dan papper pet dan memperhatikan aturan  dari pabrik hasil akhir terlihat halus seperti permen karet dilakukan setelah kavitas kering dan terlindungi dari saliva
7.      Aplikasi pada kavitas
Setelah bahan tambalan seperti permen karet bahan tambalan kemudian di isi kedalam Kavita dari tepi kavitas edikit demi sedikit ,Waktu mulai dari mencampur sampai aplikasi dlm kavitas tdk boleh lebih dari satu menit.
8.      Jangan lakukan apapun selama periode pengerasan dan jaga kondisi gigi tetap kering
9.      Akhir tahapan restorasi
Setelah 1 atau 2 menit (tergantung kondisi cuaca) lakukan cek gigitan menggunakan articulation paper. Jika masih terlalu tinggi, kurangi tambalan menggunakan applier/carver, Terakhir olesi ujung jari menggunakan Vaseline
10.  Instruksi pasien tidak makan di daerah gigi yang sudah d tambal selama 30 menit
C.    EVALUASI ART
·         Karies sekunder setelah penumpatan ART tergolong rendah.
·         Kegagalan ART lebih banyak disebabkan krn kesalahan operator
·         Jika ada fraktur, atau lepas, perlakukan seperti aplikasi ART pada kasus baru.
·         Penyebab kegagalan : adukan tll kering, dipaksa masuk kavitas
Jika pecah, buang yg pecah, apa masih melekat dg baik, lalu aplikasi yg baru
D.    SASARAN TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan preventif penambalan Atraumatic Restirative Treatment (ART) dilakukan pada murid SD kelas 1 yang berusia 6 tahun pada gigi molar 1 belum mengalami kerusakan.
E.     TEMPAT PENATALAKSANAAN
Dilakukan di sekolah-sekolah diwilayah kerja puskesmas KATOI yang sudah berjalan selama 1 tahun
F.     EVALUASI
Melakukan monitoring minimal 6 bulan sekali setelah kegiatan, melakukan tindak lanjut dari kegiatan tersebut.









BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tumpatan dengan ART-GIC berfungsi sebagai preventif sekaligus kuratif, berpengaruh terhadap kesehatan gigi, menghambat terjadinya karies (D) baru, sekaligus menghambat peningkatan DMF-T/caries experience. Selain itu, meningkatnya gigi yang sudah ditumpat (F), Performance Treatment Index (PTI) jadi meningkat, sehingga dapat meningkatkan jangkauan upaya pelayanan kesehatan gigi. Disarankan untuk dilaksanakan di seluruh SD yang telah memiliki program UKS, dimulai terutama pada anak kelas satu/umur 6 tahun yang umumnya telah memiliki gigi molar permanen yaitu molar pertama pada rahang bawah kanan dan kiri.
Pelaksanaan tumpatan tidak memerlukan dental chair, dental unit, tidak memerlukan bor, dan tidak memerlukan instalasi listrik maupun instalasi air khusus, yang biasanya memerlukan biaya mahal. Adanya daerah dengan keterbatasan sarana listrik dan air yang bervariasi, dengan demikian metode ini disarankan untuk dilakukan di wilayah dengan sarana dan prasarana terbatas, daerah terpencil dan daerah sulit dijangkau. Juga pada anak-anak yang biasanya takut melihat peralatan kedokteran gigi. Peralatan yang digunakan dapat dijinjing dan dibawa-bawa, sehingga dapat digunakan untuk mengunjungi penderita dengan disabilitas mobilitas antara lain kelompok usia lanjut (Panti Wreda).
Bahan tumpat GIC berfungsi sebagai preventif sekaligus kuratif melalui pelepasan Fluor yang memperkuat email. Selain itu juga bersifat rechargeable terhadap adanya Fluor di dalam saliva yang berasal dari pasta gigi, makanan, minuman maupun sumber lainnya. Untuk itu perlu dibuat model penyuluhan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tepat guna, yang dilaksanakan secara terus menerus, dan berkesinambungan.
Tidak ada perbedaan yang bermakna Success rate tumpatan setelah tiga tahun antara dokter gigi dan perawat gigi. Sebagai alternatif peningkatan upaya preventif dapat melalui peningkatan pemberdayaan perawat gigi. Dalam hal ini, pelaksanaan tumpatan dengan metode ART-GIC meskipun sederhana, namun tetap memerlukan kehati-hatian untuk mencapai hasil yang berkualitas. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan atau pelatihan tambahan yang berkesinambungan bagi tenaga pelaksana.
Tumpatan ART-GIC cost efektif, dengan demikian upaya preventif dan kuratif tetap dapat dilaksanakan untuk daerah dengan alokasi pendanaan terbatas dan prevalensi karies tinggi.
B.     SARAN
1.      Bagi pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan  upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak dan penyediaan alat-alat yang belum tersedia
2.      Bagi masyarakat diharapkan dapat menggunakan fasilitas Poli Gigi di Puskesmas sehingga dapat meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut yang baik
3.      Pada anak-anak yang sedang mengalami masa peralihan gigi susu ke gigi tetap umur 7-12 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan rutin 6 bulan sekali sebagai salah satu usaha untuk menemukan kasus penambalan ART secara dini
4.      Perlunya memberikan peyuluhan kepada orang tua tentang kesehatan gigi agar orang tua lebih emperhatikan waktu erupsi gigi permanen anak dan dapat mencegah terjadinya persistensi yang juga akan dapat mengurangi adanya kasus maloklusi.



DAFTAR PUSTAKA
Agtini, Magdarina Destri. Efektifitas Pencegahan Karies Dengan A Tra Uma Tic Restora Tive Trea Tment Dan Tumpatan Glass Ionomer Cement Dalam Pengendalian Karies Dibeberapa Negara. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Phantumvanit P, Songpaisan Y. Atraumatic Restorative Treatment (ART) : a Three Years Community Field Trial in Thailand - Survival of One - Surface Restorative in Permanent Dentition. Journal of Public Health Dentistry, Vol 56, No. 3. Special Issue 1996. p.141-145.
Magdarina DA, Sutopo U, Sintawati. Laporan Akhir studi : Metode Pelayanan Kesehatan Gigi pada Murid Sekolah Dasar dalam Rangka Peningkatan Pemerataan Pelayanan. 1998. Magdarina DA. Pengaruh Tumpatan Glass lonomer Cement dengan Metode Atraumatic Restorative treatment terhadap Peningkatan Status Kesehatan Gigi. Disertasi.2002. Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sundoro EH. Konsep Baru Perawatan Keries. Pada Seminar: Atraumatic Restorative Treatmant (ART) Terobosan Baru dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi, 29 Juli 2000. Badan Litbangkes. Depkes RI. Jakarta.